top of page
Search
  • Wisdom Mall

Cemal Cemil: Legitnya Bisnis yang Menjual Masa Nostalgia Masa Kecil

Bisa dipastikan setiap orang mengalami masa kecil. Nah, hal yang tak bisa dipisahkan dari masa kecil adalah soal jajanan. Namanya saja anak kecil pasti kegemarannya adalah jajan.

Sayang, seiring perjalanan waktu, jajanan favorit masa kecil satu-per satu punah. Kalau pun masih ada, itu pun buat mencarinya rada susah.

Situasi ini ditangkap tiga orang ini sebagai peluang bisnis. Mereka adalah Yeany Dahlan, Eby Karsono, dan Satyorini. Ketiganya berpandangan rasa kangen orang terhadap cemilan masa kecil bisa dijadian duit.

Akhirnya diputuskan menjual makanan kecil dengan menyerempet rasa sentimentil masa kecil menjadi ide bisnisnya. Berikutnya, ide bisnis itu diwujudkan dengan membuat toko Cemal Cemil di bilangan Kemang, Jakarta Selatan.

Sudah kebayangkan siapa pangsa pasarnya? Yup, mereka yang ingin memuaskan rasa kangen terhadap berbagai jajanan yang dulu akrab di masa kanak-kanak.

Maknanya, pembeli yang datang ke toko Cemal Camil punya tujuan berbeda dibanding toko makanan ringan lainnya. Mereka tak sekadar cari camilan tapi juga mengenang lagi masa kecil.

Di situ tersedia cokelat, permen, biskuit, maupun makanan ringan lainnya dengan kemasan yang mengingatkan pada nostalgia masa kecil alias saat umur masih dalam hitungan jari.


Kalau melihat kemasan makanan saja, memori orang langsung berkelebat ke masa lalu, apalagi sampai memakannya. Langsung otak mengenang akan sosok anak kecil nan mungil tapi dekil, sedang menangis menuntut mama papa membelikan cemilan yang ditemui di toko Cemal Camil.

Jadi, jangan heran menemukan pembeli di toko ini yang senyum-senyum sendiri penuh arti. Atau ada pula yang histeris kegirangan menemukan barang-barang dulu pernah akrab di masa lalu.

Bahkan sampai ada yang ber-selfie ria dengan produk-produk di toko itu dan meng-upload ke sosial media. Tak lupa ditulis caption besar-besar,”Kalau kenal barang-barang ini tandanya kalian sudah tua…hahaha!”

Apa yang bisa dipelajari dari bisnis Cemal Camil ini?

a.) Unik dan kreatif

Tak bisa dipungkiri, bisnis Cemal Camil sangat unik dan kreatif. Beragam produk yang dijajakan di sana memaksa konsumen memutar ingatan saat duduk di bangku sekolah. Di rak toko itu ada telur cicak, cokelat Ayam Jago, permen rokok, biskuit berbentuk hewan, dan deretan cemilan yang dikemas dalam toples unik.

Dalam suatu kesempatan, Eby Karsono mengaku memang itu tujuan dari bisnisnya. Bersama dua rekannya, Eby sengaja membidik konsumen yang memiliki nostalgia dengan jajanan masa lalu. Mendatangi toko Cemal Camil seolah-olah sedang memutar mesin waktu.


b.) Diversifikasi

Awalnya, Cemal Camil hanyalah toko yang menjajakan panganan jadul dengan jumlah item yang terbatas. Tapi respons pasar yang besar membuat pengelolanya memperbesar usaha.

Utamanya adalah memperkaya item koleksi jajanan plus menambah mainan jadul sebagai barang jualan tambahan. Mainan jadul ini seperti congklak, kapal tuk tuk, gangsing, yoyo, dan masih banyak lagi. Pokoknya mainan yang juga mengingatkan pembeli pada masa kanak-kanak.

Awalnya, mainan itu hanya sebagai pelengkap saja alias bonus bila konsumen memborong sejumlah item jajanan. Tapi sejalan dengan perkembangan bisnis, mainan itu akhirnya dijual terpisah.

c.) Bebas tentukan harga

Lantaran belum ada kompetitor, wajar dong kalau pengelola Cemal Camil bebas menentukan harga. Terlebih produk yang dijual termasuk langka dan sulit didapat di pasaran. Sisi ini dengan sendirinya membuat konsumen ‘memaklumi’ kalau banderol yang dipasang relatif lebih tinggi.

Di samping itu, konsumen juga sadar yang dibeli bukan sekadar berbelanja cemilan saja tapi juga ‘membeli’ masa lalu alias memuaskan rasa kangen. Dan, demi memuaskan rasa kangen ini atau nostalgia, kadang membuat konsumen irrasional.

d.) Inspirasi pemasaran dari konsumen

Inspirasi pemasaran itu datang dari mana saja, termasuk dari konsumen. Inilah yang diterapkan pengelola toko Cemal Camil.

Contohnya adalah menerima masukan dari dari Psikolog Tika Bisono yang kebetulan sering mampir ke toko tersebut. Tika lantas memesan sejumlah jajanan dan mainan dalam kemasan goodie bag untuk dijadikan oleh-oleh perayanan ulang tahun putrinya.

Dari sinilah akhirnya tercetus ide untuk mengemas produk di tokonya untuk dijadikan paket-paket acara ulang tahun. Cara ini efektif sebagai promosi.

Pasalnya, dengan sendirinya distribusi produknya tersebar melalui ‘tangan orang lain’. Setiap goodie bag yang dibawa pulang anak bakal mengejutkan orangtuanya. Mereka akan kaget menemukan jajanan yang dulunya akrab di masa kecil ternyata masih ada.

Dari situlah nanti orangtua akan mencari informasi dari mana sumber jajanan tersebut. Lalu muaranya, konsumen Cemal Camil akan bertambah lagi.

e.) Tantangan jaga kontinuitas produk

Kelangsungan usaha Cemal Camil tergantung terhadap pasokan barang. Lantaran produk yang dijualnya termasuk langka, ini menjadi tantangan tersendiri. Pengelola mengaku kesulitan mendapatkan pasokan barang-barang unik itu.

Contoh nyata adalah mencari pemasok mainan jadul. Tak jarang pengelola harus blusukan ke kampong-kampung mencari pengrajin yang masih memproduksi mainan jadul itu.

Ide bisnis Cemal Camil ini bisa dipetik bagi yang berniat memiliki usaha sendiri. Intinya, konsep yang diusung usaha tiga orang yang dulunya teman sekantor ini jadi menarik dan prospektif.

Bisnisnya tak sekadar menjual makanan ringan biasa tapi membawa orang ke masa-masa indah dulu. Cemal Cemil membuktikan bahwa saat hubungan sentimental antara pembeli dan penjual terwujud, kemungkinan penjualan pun jadi makin tinggi.

2 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page